Sepintal Benang
Oleh
: Sarweny Hafsah
Potretnya
bergelayut didinding dunia maya
Dilirik
dan dinikmati mata buaya
Sekedar
terkapun tak mampu menjawab tanya
Pintalan
benang menangis
Tapi
apa daya
Ia
tak sanggup berkata-kata
Fikirnya
pun mencair
Aku
hanya sepintal benang halus
Tapi
jika diurai aku dapat menutupimu
Murahkah
hargaku atau mahalkah dirimu yang tanpa sehelai benang
Dulu
ku melihatnya begitu anggun
Kain
lebar tersibak didadanya
Menyejukkan
pandangan mata
Tapi
kini derajat celcius pun tak mampu mengukur
Ah..
mengapa dirimu seperti sembako
Terkadang
berharga tinggi dan terkadang berharga rendah
Bahkan
terkadang jatuh harganya
Astaga!
Maafkan
lisanku ini
Aku
hanya ingin kau tahu betapa aku menyayangimu
Aku
tak ingin kau menjadi santapan lezat srigala liar dimedia itu
Mengapa
zaman mengubahmu
Buliran
embun bening terus menetes diujung pelupuk mataku
Tiada
guna lagikah diriku untukmu?
Ya,
aku sadar
aku
hanya sepintal benang..
Tapi
dulu kau sangat menghargaiku
Dulu
kau sangat membutuhkanku
Tapi
kini kau abaikan aku
Mengapa
kau umbar tubuhmu demi ketenaran
Demi
kepuasan dan demi kesenangan sesaat
Padahal
aku sangat menangisi keadaanmu
Inilah
isi hatiku untukmu
Dari
sepintal benang yang terabaikan
Komentar