Hafidzah Impian
“Untuk
apa? Gak penting hafal Al-Qur’an. Yang harus dilakukan itu banyak-banyak
berdoa, bukan ngafal...” sepenggal kata-kata bapakku yang hingga kini masih
mendenging ditelingaku ketika aku bilang kebeliau kalau aku sudah hafal Al-qur’an satu juz. Hah, seketika
itu hatiku terasa dicekam benda tajam yang mencengkeram semua sisi dalam organ
perasaanku. Entah mengapa aku langsung syok.. tak lama setelahnya, aku menarik
diri dari hadapan bapak, aku tak sanggup menahan gejolak perasaan yang kian
membuncah. Aku memilih melarikan diri kekamar sembari merebahkan kepalaku
dibantal empuk sambil memeluk boneka beruang, kini giliran mataku yang
berbicara. Mulutku tak sanggup berkata apa-apa lagi, setelah aku berusaha
membela diri serta menjelaskan keutamaan Al-quran kepada bapak, namun belum
selesai aku menjelaskan ia langsung menyangkal perkataanku. Tak sadar
seperempat bagian bantal yang kupakai sudah basah kusup oleh air mataku. Saat
itu aku tak berharap apa-apa selain mendoakan supaya Allah memberi hidayah
kepada Bapak agar ia dicintakan pada
kebenaran. Hampir setengah jam aku mengurung diri dikamar, masih dengan
tangisan. Entah bagaimana perasaanku saat itu. Tak bisa aku menjelaskannya.
Yang jelas disana ada rasa takut dan kecewa. Kecewa karena bapak tidak
memberikan apresiasi dan pemikiran positif terhadapku, terhadap usahaku dan
perjuanganku. Tapi yang paling menguasai hatiku adalah perasaan takutku. Aku
takut sekali. Aku takut malaikat mendengar dan pasti mendengar ucapan bapak
yang mengingkari serta mengganggap bahwa menghafal Al-quran itu tidak penting.
Aku takut malaikat mencatat kata-kata bapak kemudian melaporkan pada Allah
tentang perbuatan bapak. Kemudian catatan itu akan disimpan hingga hari kiamat
sebagai bukti, dan yang paling aku takutkan Allah akan mengazab bapak. Aku
menyayangi bapak ya Allah, hamba mohon maafkanlah kesalahannya, kekhilafannya
dan ketidaktahuannya. Jangan azab dia ya Allah. Hamba tak sanggup
membayangkannya, sungguh hamba tahu azabmu sangatlah pedih dan tentu saja bapak
tak sanggup menahan azabmu. Ampunilah bapak ya Allah. Berilah hidayah-Mu
kepadanya. Sentuhlah hatinya agar hati dan fikirannya bisa menerima kebenaran.
Sungguh tugas hamba hanyalah mengingatkan dan mengajaknya kepada jalan-Mu. Sedangkan
karunia dan hidayah hanyalah engkaulah yang memiliki, hanyalah engkaulah yang berhak
memberikan kepada orang-orang yang engkau kehendaki. Hamba mohon ya Rabb,
lembutkankan hati bapak, sentuhlah hatinya. Bimbinglah ia. Hamba tak ingin ia
tersesat. Hamba tak ingin ia berada dilembah dan pemikiran yang salah. ya
Allah.. hanya engkaulah maha pemilik kebenaran, maka curahkanlah kebenaran pada bapakku. Orang yang membesarkanku dan berjuang mati-matian demi hidupku.
Sayangilah ia rabbi. Ya Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia,
tetapkanlah aku, bapakku dan keluargaku untuk teguh dijalan-Mu, untuk tetap
tegar diatas agama-Mu. Berilah petunjuk kepada kami. Ya Allah bimbinglah kami
agar tidak salah dalam melangkah, agar selalu berada diatas sunnah rasulmu
serta mengikuti isi kitabullah sebagai petunjuk hidup kami agar tidak
terombang-ambing di dunia dan dikahirat kelak.
Rabbi,
pada akhirnya, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengharapkan
pertolongan-Mu. Tolonglah keluargaku ya Allah, berikan petunjuk dan hidayahmu
kepada mereka semua tentang kebenaran. Ya Allah panjangkanlah umur orang tuaku
agar mereka bisa menambah umur ibadah
kepadamu sebagai bekal diakhirat kelak. Rabbi jangan siksa bapak dan ibuku ya
Allah, sesungguhnya mereka tidak mengetahui hukum-hukummu. Dan dengan seizin-Mu
mudahkanlah bagi hamba untuk membimbing dan membantu mereka untuk kembali
kejalan lurus-Mu. Hamba sadar rabbi, bahwa ilmuku masihlah sangat sedikit, maka
hanya kepada-mu lah hamba memohon pertolongan agar engkau membukakan pintu hati
kedua orang tuaku untuk menerima kebenaran dan menjalankan perintahmu serta
menjauhi laranganmu. Ya Allah jadikanlah keluarga kami keluarga surgawi, yang
penuh dengan kedamaian, beribadah kepadamu dan senantiasa takwa kepadamu. Ya
Allah air mata ini sebagai saksi ketakutanku akan azabmu, selamatkanlah aku,
kedua orang tuaku, serta keluargaku dari siksa
neraka-Mu. Aamiin Ya Rabbal Aalaamin.
Bapak,
jangan pernah berfikiran lagi bahwa menghafal Al-qur’an itu hanya karena ingin
menjadi ustadzah, atau hanya karena ingin menjadi ahli agama. BUKAN PAK! Bukan itu. Semua itu demi Allah, demi tabungan akhiratku dan bantuan tabungan
untuk akhirat bapak juga. Karena aku menyayangimu, aku ingin menghadiahkan
mahkota emas dikepalamu diakhirat nanti, aku ingin menjadi anak yang berbakti
padamu, aku ingin menjadi anak yang shalehah untukmu pak, aku menyayangimu.
Walau aku tak bisa membayar jasamu dengan materi tapi dengan menghadiahkan
mahkota untukmu itu sudah lebih dari cukup daripada dunia dan seisinya untukmu.
Bapak..., izinkan aku menjadi Hafidzah, izinkan aku menjadi penghafal
Al-Qur’an, izinkan aku mengkreditkan mahkota itu dari Allah agar bisa Allah
berikan padamu pada hari akhir nanti.
Bapak,
izinkan aku menghafal surat cinta dari Rabb kita itu. Sungguh pak, tiap isi
surat-surat itu mendamaikan hati, menentramkan jiwa dan memberi petunjuk pada
jalan lurus. Aku sudah jatuh cinta pada kandungan dan isinya. Sering kali aku
menangis dibuatnya ketika aku membaca dan mendalami tiap-tiap ayat-Nya. Dan jika
Allah memberikan umur yang panjang kepadaku dan memberi kesempatan kepadaku
untuk menikah dan memiliki anak, aku ingin menjadikan semua anak-anakku menjadi
penghafal Al-Qur’an. Bapak, sungguh aku menyayangimu.. tak ada sedikitpun
niatku untuk mengguruimu atau merasa bahwa ilmuku lebih tinggi darimu. Tidak
ada pak. Aku hanya ingin engkau kembali dijalan Allah. Aku rindu sekali dimana
keluarga kita sholat berjamaah dan engkaulah yang jadi imamnya. Sebelum tutup
usiaku, aku ingin sekali menjadi salah satu makmummu dideretan belakang setelah
saudara-saudaraku yang lain.
Bapak, ibu.. semoga Allah melindungi dimanapun engkau berada. Semoga Allah
senantiasa memberikan kesehatan kepada engkau agar tetap beribadah kepada-Nya.
Tiada kebahagiaan terdalam selain melihatmu taat dijalan Allah. Melihat
hari-harimu diisi dengan kebaikan-kebaikan. Melihatmu kompak dalam melakukan
perintah Allah. Akupun sama, aku belum tentu baik darimu. Aku masih sedang
dalam proses perbaikan diri. Mari sama-sama kita melakukan perbaikan diri
dihadapan Allah semata. Dan berbuat mulia kepada sesama manusia. Dan mari
kita menjadi makhluk yang dirindukan surga. Aku mencintaimu bapak, ibu dan
kalian semua saudara-saudariku.
Dariku
seorang yang berlumur dosa yang sedang berusaha menjadi wanita shalehah..
.
Komentar