Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Pangeran Imigran

Oleh : Sarweny Hafsah Matanya berbinar Sorotan tajam mengkilau Mengiris-iris pandangan Menghangatkan kelinci kecil yang menggigil Wajah-wajah beringas memaksamu hengkang dari negerimu Nuklir ganas   menelanjangi istana lelapmu Melempar sanakmu ke surga Menghantui boneka mungil dengan   ledakan Mengalungkan rantai kematian dijengkal tawa Mengangkangi bocah jelita berteman paksa Biadab, Manusia berhati bejana Dilorong-lorong rasa takutmu ada sebutir mimpi Tapi hanya fatamorgana belaka yang hilang bersama dengusan lirihmu Menjauhlah pangeran Secawan madu suguhannya beracun Biarkan tikus-tikus keji itu yang meneguknya Agar mereka mampus terseret kejahanam Tak perlu kau putar memorimu Santaplah hidangan udara di negeri ini Lukislah pelangi dilangit senja kita Tetesan embun bening itu juga milikmu Teruntukmu wahai pangeran Kau datang dengan kuda bersayap Terbirit-birit membawa   kepingan luka Kau gagah dengan panah asmara Menuai cint

Sepintal Benang

Oleh : Sarweny Hafsah Potretnya bergelayut didinding dunia maya Dilirik dan dinikmati mata buaya Sekedar terkapun tak mampu menjawab tanya Pintalan benang menangis Tapi apa daya Ia tak sanggup berkata-kata Fikirnya pun mencair Aku hanya sepintal benang halus Tapi jika diurai aku dapat menutupimu Murahkah hargaku atau mahalkah dirimu yang tanpa sehelai benang   Dulu ku melihatnya begitu anggun Kain lebar tersibak didadanya Menyejukkan pandangan mata Tapi kini derajat celcius pun tak mampu mengukur Ah.. mengapa dirimu seperti sembako Terkadang berharga tinggi dan terkadang berharga rendah Bahkan terkadang jatuh harganya Astaga! Maafkan lisanku ini Aku hanya ingin kau tahu betapa aku menyayangimu Aku tak ingin kau menjadi santapan lezat   srigala liar dimedia itu Mengapa zaman mengubahmu Buliran embun bening terus menetes diujung pelupuk mataku Tiada guna lagikah diriku untukmu? Ya, aku sadar aku hanya sepintal benang.. Tapi d

Mimpi Fajarku

Mimpi Fajarku Oleh : Sarweny Hafsah Kumenatapnya dibalik kaca bening berlensa Mata yang teduh Tatapan yang hangat Gurat senyum yang menyejukkan kalbu Wajah yang bercahaya bak lentera dikegelapan malam Tutur kata yang menggetarkan hati Begitu indah, mempesona Mungkin dia cicit Nabi Yusuf yang terdampar dimuka bumi Duhai diri, mengapa aku tak   sanggup menjaga pandang ini? Harus kuakui kaulah ciptaan-Nya yang sempurna Dimana bisa kutemui insan sepertimu dipengujung zaman ini Sementara aku hanya melihat segerombolan manusia tanpa etika Mereka mencabik-cabik isi dunia tanpa mengenal dosa Iman yang lemah karena digilas nafsu Ilmu yang dangkal ruh yang kosong                                       jiwa yang terombang-ambing Uh, berdentum hati   ini kala kau melafadzkan ayat-ayat cinta-Nya Semutpun ikut menari mengiringi tasbihmu Hati yang bersih, iman   terjaga, akhlak nan mulia Kau memang imam pilihan Kini giliranku memantaskan diri untukm