Biarkan Aku Menantimu Walau Engkau Tak Pernah Memintanya



Manakah yang lebih engkau sukai? Menanti atau mencari?
Image result for penantian dalam islamKedua pilihan yang seharusnya tidak menjadi pilihan untukku, dengannya harus merasakan apa itu kesabaran dan perjuangan. Bersabar dalam menanti, dan berjuang dalam mencari. Keduanya sama-sama memiliki tantangan.
Entahlah.., hingga kini aku tak tahu berada dalam posisi yang mana? Apakah itu pencarian atau penantian, yang jelasnya aku sedang berusaha untuk tidak terlalu berharap padanya. Seseorang yang hilang belasan tahun yang lalu, tapi kini aku telah menemukannya diantara miliaran manusia. Namun semua masih sebatas menemukan, tak ada harapan apapun, apalagi sebuah komitmen. Belum, itu semua belum terfikir dibenak masing-masing. Dipertemukan dengannya lagi adalah sebuah anugerah. Meski dengan pertemuan tersebut  akan dihadapkan lagi dengan  perpisahan. Apapun itu, itulah jalan takdir yang harus dijalanai. Aku yakin itulah liku-liku yang Allah takdirkan untukku dan dirinya sebelum masa penentuan itu tiba.
Kadang lelah. Lelah mengejarnya. Untuk itu, aku belajar untuk tidak berlari terlalu kencang yang pada akhirnya akan jatuh dan berujung pada kekecewaan. Suatu hal yang sedari kecil tak pernah kusukai. Yaitu perpisahan. Ya, hingga kini biarlah ada satu nama yang tinggal dihatiku. Biarkan satu nama itu hidup diketerbatasan rasaku, biarkan ia bernafas dengan leluasa, biarkan ia tetap tinggal hingga takdir menentukan.
Kamu, aku tak terlalu mengenalmu? Siapa kamu? Bagaimana karaktermu sekarang? Apa hal-hal yang tidak engkau sukai? Bahkan visi hidupmu sekalipun aku tak pernah tau.
Aku hanya mengenal namamu. Itupun hanya melalui daftar pertemanan diakun sosial media dan tak lebih. Wajahmu? Ah, aku tak terlalu hafal bagaimana bentuknya. Aku hanya tahu dirimu yang dulu , dirimu yang nakal, jail dan mengesalkan buatku. Tapi itu sudah belasan tahun yang lalu, sejak kita bersama di batas waktu lampau. Saat kita masih awam dengan arti cinta. Dan kufikir, sudah banyak yang berubah dari dirimu. Entahlah.., aku tak sedikitpun tahu tentang perubahanmu. Yang kutahu, dari setiap postinganmu disosial media menggambarkan bahwa kau sudah berubah, lebih baik dari apa yang kubayangkan sebelumnya. Perubahanmu adalah kejutan terindah untukku. Speechless!
Ah, mungkin aku salah jika aku terlalu mengharapkanmu, sementara aku tak tahu bagaimana detail perasaanmu padaku. Kamu misteri bagiku. Susah ditebak. Aku menyesal karena aku pernah menunjukkan sikap kalau aku terlalu berharap padamu. Tidak, aku tak akan membiarkan diriku terus terbawa arus karena mencintaimu.
Sekuat hati aku mengusir dirimu dari sela-sela ruang hatiku, tapi engkau masih kembali, dan terus saja kembali. Kutanyakan padamu apa maumu, tapi kau tak memberi jawaban apapun padaku. Lalu aku harus bagaimana? Tegakah kau melihatku terombang-ambing dalam perasaan karena mencintaimu? Tegakah kau membiarkanku mengharapkan cinta semu yang pada akhirnya tak akan pernah datang. Aku harus bagaimana?
Apakah aku salah jika aku mencintaimu? Aku tak tahu kapan pertama kalinya aku jatuh cinta padamu? Aku juga tak tahu sampai kapan cinta ini bisa bertahan. Yang kurasakan, aku begitu nyaman dengan fitrah cinta ini. Tanpa menyapa, tanpa bertemu. Aku mencintaimu melalui doa-doaku. Apakah kau melihat langit? Ya sama. Akupun melihatnya. Dalam proses ini kusampaikan rinduku melalui angin, pernahkah kau merasakannya? Ah, kenapa kau tega menelantarkan perasaan ini? Mengapa tak kau beri kepastian padaku?
Apapun yang kau putuskan mungkin aku akan terima segala konsekuensinya. Tapi hal itu tak pernah engkau lakukan. Kau masih saja membiarkan hatiku terlontang-lantung menunggu jawaban ketidakpastianmu. Lalu kau akan bilang bahwa pacaran itu diharamkan dalam islam, mungkin itu senjata pamungkasmu untuk menghindari pertanyaanku, bukan? Meskipun aku sendiri tahu, bahwa tiada ‘pacaran’ dalam kamus islam yang sesungguhnya. Sebenarnya akupun risih dengan istilah pacaran, meskipun orang-orang akhir zaman menamainya “pacaran islami’, tetap saja melanggar aturan syar’i. Apapun istilahnya tetap saja islam tegas dalam aturannya, kau memang benar. Islam mengharamkan pacaran. Tapi tahukah kau? Aku tak ingin berpacaran denganmu sebelum tanganmu dan tangan ayahku bertemu dihadapan penghulu, sebelum ikrarmu bergeming di arsy-Nya, sebelum para hadirin serentak berkata “Sah” maka saat itu juga aku tak ingin berpacaran denganmu. Aku tahu langkah bagaimana yang harus ku jalani. Duhai lelaki yang ku cintai karena Allah, aku hanya ingin menikah denganmu. Kapan kau akan melamarku? Kapan kau akan membawa rombongan keluargamu ke rumah ayahku? Kapan kau akan mengetuk pintu rumahku?
Tapi tak mengapa, jika kau tak memberikan harapan walau secuilpun padaku. Dengan begitu, aku belajar untuk tak terlalu mengharapkanmu. Aku tahu, caramu adalah jalan terbaik untuk kita saling menjaga diri. Terimakasih karena tidak menyapa, terimakasih karena tidak mendekat, terimakasih karena tidak mengatakan cinta. kamu begitu berharga, maka itulah tak sembarang hati bisa merayumu. Kamu begitu baik, maka itulah tak sembarang cinta bisa menggodamu. Kamu adalah seseorang yang pantas diperjuangkan, walau aku sadar, namaku tak tertulis dikamus hatimu. Tapi izinkan aku memperjuangkanmu di sujud panjangku. Izinkan aku menyentuhmu dibait-bait doaku.
Ah, tapi sekali lagi, terimakasih sudah menjauh. Semoga setiap jarak yang dibentangkan menjadi kebaikan bagi kita. Dan jika pada akhirnya kita tidak berjodoh, rasa terimakasih ini akan tetap kuhaturkan, karena sadar atau tidak sadar, dengan jarak ini kau sudah turut serta membantuku menjaga diri.
Penantian. Entahlah.. kau memang tak pernah memintaku untuk menantimu. Tapi dengan ketulusan hatiku, biarkan aku menantimu tanpa engkau mengetahuinya. Sampai takdir menentukan apa yang terbaik untuk kita, sampai ketetapan Allah tiba.
Disela-sela sunyinya hati, masih ada namamu yang tinggal dihati. Nama yang semakin lama semakin membeku. Tidakkah kau ingin mencairkannya? Duhai kamu, aku merindukan kedatanganmu. Semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya. Semoga Allah memudahkan segala urusanmu agar kau segera menjemputku. RbR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takdir

Hafidzah Impian

Majulah, Arungi Samudera Rumah Tangga