Hujan, Penerjemah Perjalananku

Image result for Hujan kehidupan 
Kadang harapan itu menghilang, namun jika fikir melebihi ambang optimis, semua seolah akan baik-baik saja. Dari kecil hingga saat ini aku memilih segala sesuatunya sendiri. Termasuk semua perihal kehidupanku. Aku memang mempunyai orangtua, setiap saat mereka memberikan perhatian dan kasih sayangnya padaku. Bahkan terkadang jika aku terhambat oleh berbagai masalah, mereka masih memberikan berbagai alternatif pilihan untukku. Kisahku seolah drama kehidupan yang disutradarai oleh diriku sendiri. Kadang hal yang kuharapkan tak pernah singgah dikehidupanku tapi segala yang ku cemaskan malah dengan mudahnya menempel pada dinding-dinding perjalanan hidupku.
Dari setiap masalah yang kuhadapi aku belajar untuk mengambil pelajaran darinya. Semua terasa 
 begitu cepat berlalu. Rasanya kemarin baru saja aku merencanakan sesuatu, tapi dengan berjalannya waktu, semua telah samar dari ingatanku. Berlalu.
Aku yakin dengan hidupku. Semua telah terjamin oleh-Nya. bahkan sebelum aku lahir kedunia sekalipun. Aku tak tahu bagaimana akhir dari perjalanan hidupku. 
Terakhir ku ingat, Aku masih sering main hujan dengan teman sebayaku, semua terasa ringan. Tak peduli meski hanya bertutupkan selembar kaus dalam dan sehelai celana dalam. Aku tak peduli orang-orang melihatku, aku hanya ingin menikmati guyuran air segar yang turun dari langit. Berlari kian kesana-kemari, menari dan tertawa di tengah derasnya hujan. Tapi itu dulu.. saat usiaku dibawah 12 tahun. Saat itu aku merasa bahwa dunia sangat indah, menyenangkan, tak ada sedikitpun masalah yang mengganggu hidupku. Tak ada aturan ini itu. Aku bebas berbuat sesuka hatiku. Bahkan ketika aku berbuat salah, mereka masih memaklumiku seraya berkata "Udah, biarin aja. masih anak-anak gak tahu.." saat itu pula aku merasa menang. Karena semua yang ku lakukan tak pernah ada salahnya. Tapi ketika aku mulai dewasa, semua berbanding terbalik. Aku tak punya alasan apapun untuk menghindar dari segala permasalahan. Aku tak lagi berada di zona nyaman seperti belasan tahun yang lalu. Aku di tuntut untuk bertanggung jawab dengan semua kesalahan yang ku perbuat. Dari situ aku belajar dewasa. Tidak semudah seperti kebanyakan orang. Untuk pencapaian itu membutuhkan proses yang panjang. Tapi meski terkadang aku kehilangan harapan, aku masih punya mimpi. 
Masih dengan mimpi yang sama. Apapun yang terjadi nanti, biarlah.. tugasku berjalan bukan sampai. Untuk hasil akhirnya biarlah Allah yang menentukan. Ia yang pantas menentukan hasil dari perjuanganku selama ini. Hujan, itulah sebabnya aku senang dengan datangnya hujan.Aku bisa membuka memori usang yang tersimpan di fikirku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takdir

Hafidzah Impian

Majulah, Arungi Samudera Rumah Tangga